会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 Perang Dagang AS!
当前位置:首页 > 热点 > Perang Dagang AS 正文

Perang Dagang AS

时间:2025-06-06 23:45:21 来源:quickq安卓版下载 作者:热点 阅读:874次
Warta Ekonomi,quickq会员账号 Jakarta -

Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok tidak hanya mengguncang arus perdagangan internasional, tetapi juga mengubah secara fundamental cara negara-negara menyusun kebijakan ekonomi.

Chief Economist PT Trimegah Sekuritas, Fahrul Fulvian, dalam sesi pemaparan Macroeconomic and Bond Market Outlook, menyebut dunia kini memasuki fase baru yang ia istilahkan sebagai A Brave New World. Dalam fase ini, multilateralisme melemah dan kebijakan ekonomi global tidak lagi berbasis aturan bersama (rule-based), melainkan berlandaskan diskresi dan negosiasi.

Perang Dagang AS

Perang Dagang AS

“Dulu, ada pakem yang bisa kita pegang dalam membuat keputusan. Sekarang semuanya bergeser, kebijakan global makin dipengaruhi oleh agenda politik dan kompromi bilateral,” ujar Fahrul, dikutip Rabu (4/6/2025).

Perang Dagang AS

Baca Juga: Update Perang Dagang: Beijing Ungkap Sejumlah Dusta Trump ke China

Perang Dagang AS

Ketegangan perdagangan yang terus meningkat antara dua raksasa ekonomi dunia itu telah menciptakan ketidakpastian tinggi dalam sektor perdagangan global. Kondisi ini berdampak langsung terhadap dunia usaha, terutama pelaku ekspor-impor.

Fahrul menjelaskan bahwa kontrak-kontrak dagang jangka panjang semakin sulit direalisasikan karena risiko kebijakan yang tak menentu. “Sekarang, pelaku usaha lebih memilih kontrak 3–6 bulan, bahkan banyak yang bertransaksi tunai. Ini menunjukkan perubahan drastis dalam persepsi risiko,” jelasnya.

Ketidakpastian tersebut turut meningkatkan kebutuhan pembiayaan jangka pendek. Permintaan terhadap modal kerja (working capital) melonjak karena pelaku usaha perlu menjaga likuiditas tinggi dan menghindari risiko piutang jangka panjang.

Baca Juga: Update Perang Dagang: AS Isyaratkan Negosiasi Trump dan Xi Jinping

Menurut Fahrul, yang lebih mengkhawatirkan dari sekadar perang tarif adalah munculnya gejala bahwa dominasi dolar AS sebagai jangkar global mulai melemah, atau yang ia sebut sebagai "dollar exceptionalism is over". Negara-negara surplus seperti Tiongkok dan Jepang mulai mengurangi minat terhadap surat utang pemerintah AS, mengganggu stabilitas ekosistem keuangan global yang selama ini menopang kekuatan dolar.

“Relasi 40 tahun antara yieldobligasi AS dan kekuatan dolar terputus sejak April lalu. Ini bukan hanya gangguan teknikal, ini pergeseran sistemik,” tegasnya.

Di tengah perubahan arah ekonomi global, muncul pertanyaan strategis: bagaimana Indonesia harus merespons? Fahrul menekankan perlunya regulator dan pelaku pasar memahami konteks global dan membangun strategi pendanaan yang lebih mandiri serta adaptif.

“Pasar obligasi lokal harus jadi alternatif strategis. Di tengah gejolak global, kekuatan pembiayaan dalam negeri akan menjadi tameng utama kita,” pungkasnya.

(责任编辑:娱乐)

相关内容
  • VIDEO: Basah
  • 5 Makanan untuk Meningkatkan Kualitas Sel Telur Wanita
  • Wakapolri Minta, Pengantar Amien Rais 'Tak Kacau'
  • Patung Wanita Ini Akan Dijaga Ketat karena Terus 'Diraba
  • UMKM di Sumut Harus Melek Hukum
  • FOTO: Lansia dan Asa yang Terjaga di Panti Jompo Singkawang
  • FOTO: Perjalanan Biksu Thudong Jalan Kaki 4 Bulan Thailand
  • VIDEO: Disney Akan Bangun Taman Hiburan Baru di Abu Dhabi
推荐内容
  • KPU Teguran Gibran Saat Debat Capres Pertama, Hasyim Asy'ari: Jangan Terulang Lagi
  • Jam Minum Kopi yang Paling Tepat Menurut Dokter
  • 2020, Anies Bakal Wajibkan Kendaraan Lolos Uji Emisi
  • Apa Benar Pepaya Bisa Sembuhkan Infeksi?
  • Singapura Dihantam Gelombang Baru Covid, Sepekan Capai 25 Ribu Kasus
  • Apa Benar Pepaya Bisa Sembuhkan Infeksi?